Rabu, 29 Januari 2014

Facebook Presiden SBY di Mata Orang Daerah



Jum’at,  5 Juli 2013 yang lalu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) secara resmi meluncurkan fanpage facebooknya di Istana Bogor. Akun fanpage “Susilo bambang Yudhoyono” itu sudah terverifikasi dengan tanda centang dalam lingkaran biru, sebagaimana akun twitter resminya juga.
Selain Facebook, malam itu Presiden SBY juga meluncurkan akun Youtube dan Google+. Sebelum launching, Presiden SBY menjajal salah satu fitur Google+ yaitu Google hangout. Dengan fasilitas ini Presiden berinteraksi audio visual dengan Satgas penanggulangan bencana gempa bumi Aceh dan penangan asap di Riau dan Kalimantan.
Bergabungnya Presiden SBY dengan para facebookers ini ditanggapi beragam. Ada yang menilai presiden terlambat, bahkan akun twitternya yang lebih dulu muncul oleh para pengamat media sosial juga dinilai telat.
Semestinya Presiden sudah bergabung dengan penduduk twitterland & facebookers di awal periode pemerintahannya yang kedua silam. Menurut mereka percuma jika di akhir periode pemerintahannya, Presiden SBY justru baru menjelajah dunia maya dan beriteraksi dengan para penduduknya.
Namun tak sedikit pula yang memberi repons positif dan menyambut gembira kehadiran akun fanpage RI 1 ini.  Bagi mereka, ini adalah kesempatan untuk bisa berinteraksi dengan pemimpinnya dengan cara yang bagi mereka lebih mudah dan efektif daripada twitter. Setidaknya mereka bisa mengetahui pemikiran Presiden yang dituangkan dalam status-statusnya.
Dan diakui atau tidak, saat ini facebook masih jauh lebih populer daripada twitter terlebih di daerah seperti tempat saya tinggal. Di Probolinggo, secara kasat mata dan kalaupun dilakukan survey yang valid, bisa dipastikan pengguna facebookers jauh lebih banyak daripada tweeps.
Bahkan di lingkungan saya bekerja di pemerintah daerah, pengguna twitter aktif hingga saat ini sangat bisa dihitung. Di level pimpinan sekalipun, pemilik akun twitter aktif malah bisa dihitung dengan jari.
Bahkan di lingkungan pemerintahan yang notabene terpelajar & melek informasi, ternyata banyak yang sangat awam dengan istilah-istilah dalam twitter seperti tweet, retweet, reply, follow ataupun follback. Bahkan yang lucu, ada yang mengira follback itu adalah istilah pemain belakang dalam sepak bola (fullback).
 “Lho mas, kok akeh sing njaluk di fullback Fatin? Fatin mbentuk tim bal-balan ta?” tanya rekan kerja saya merespon cerita tentang banyaknya penggemar fatin yang minta difollback. Terjemahannya dalam bahasa Indonesia begini : “Lho mas, kok banyak yang minta di fullback Fatin? Memangnya Fatin membentuk tim sepakbola?”. Itu salah satu gambaran betapa twitter masih belum familiar didaerah, seperti Probolinggo.
Namun jika kita bicara tentang facebook, mulai dari pejabat sampai anak SD di pelosok desa, berdasarkan pengamatan saya yang sering langsung turun ke lapangan, mereka umumnya paham apa itu facebook. Istilah-istilah yang terkait dan fasilitas yang ada di dalamnya juga sangat familiar seperti “like this” , status dan komen.
Anak-anak sekolah, bahkan usia Sekolah Dasar (SD) sudah terbiasa berinteraksi dengan teman-temannya lewat facebook. Beberapa Perangkat Kecamatan dan Perangkat Desa yang sering saya temui di kantor kecamatan juga tak ketinggalan, sesekali mengintip layar HPnya untuk melihat status terbaru di halaman facebook mereka.
Banyaknya pengguna dan kuatnya pengaruh facebook membuat jejaring sosial ini juga dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam Pemilukada Kabupaten Probolinggo beberapa waktu lalu. Kala itu bermunculan beragam akun mulai yang bisa dipertanggungjawabkan hingga fanpage tak jelas dan liar. Tujuannya tentu saja sebagai media promosi, propaganda dan provokasi kepada para pemilih.
Bisa dibilang kreasi Mark Zuckerberg ini sudah menjadi budaya baru di semua kalangan masyarakat. Dan kehadiran fanpage Presiden SBY tentunya menjadi angin segar bagi mereka untuk bisa mengetahui langsung pemikiran Presiden yang tertuang dalam status-status maupun tautan berupa foto dan video, untuk kemudian mereka “like” atau “dislike”  serta mereka komentari juga.
Betapa mudahnya kita berinteraksi lewat jejaring sosial dengan identitas warna dasar biru ini. Mudah sekali menjalankan aplikasi yang tersedia hampir di setiap type HP mulai yang tercanggih hingga kelas mid end, mulai merk pabrikan ternama hingga produk lokal.
Ini berarti, semakin dekat bahkan nyaris tak ada jarak antara masyarakat dengan Presiden, paling tidak yang terwakili dengan status, foto dan video dalam fanpagenya. Ya, “Presiden” sekarang ada di HP yang berarti bisa dibawa kemana-mana, bisa dikantongi dalam saku atau diselipkan dalam tas bahkan digenggam. Kapanpun kita ingin melihat wajah Presiden, ingin mengetahui pemikiran-pemikiran terbaru, foto-foto paling anyar dan video te-rupdate, hanya tinggal sekali klik.
Bergabungnya Presiden SBY dengan komunitas facebookers bisa dilihat sebagai itikad baik beliau untuk mendekatkan diri dengan masyarakat dari berbagai kalangan. Lewat fanpagenya ini Presiden SBY bisa “curhat” dengan lebih leluasa dan ekspresif daripada lewat twitter yang terbatas hanya dalam 140 karakter.
Sharing audio visualpun bisa lebih efektif melalui jejaring sosial paling populer ini. Jika pada twitter foto-foto yang ditampilkan sangat terbatas, maka di facebook foto-foto kegiatan Presiden bisa ditampilkan lebih banyak dalam bentuk album foto. Tak ketinggalan pula sharing video yang di link dengan akun youtube, makin mengefektifkan penyampaian pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat, khususnya facebookers.
Dengan kehadiran fanpage ini masyarakat bisa langsung memberikan kritik dan saran atas pemikiran dan kebijakan-kebijakan Presiden yang tertulis dan terangkum dalam status, foto dan tampilan audio visual yang ada di dalamnya. Sejak dilaunching 5 Juli lalu, sudah ribuan komentar disampaikan facebookers menanggapai status dan foto yang diunggah Presiden SBY.
Karena sifatnya yang terbuka siapa saja bisa bebas menyampaikan komentar, sehingga tak semuanya bernada positif. Tak sedikit yang memberikan kritik pedas, frontal bahkan sebenarnya tak pantas untuk disampaikan di ruang publik. Ini merupakan konsekuensi  yang mau tak mau harus dihadapi. Semua komentar, baik yang bernada positif maupun yang kontra bisa dengan mudahnya terbaca oleh publik.
Terlepas dari pro kontra, suka tidak suka hingga dampak positif dan negatif yang menyertainya, apa yang telah dan sedang dilakukan Presiden SBY menjelang akhir masa jabatannya ini layak mendapat apresiasi. Keputusan untuk terjun ke dunia maya menjadi penduduk twitterland hingga berstatus facebookers ini dapat dilihat sebagai bentuk keterbukaan, keinginan dan keseriusan Presiden SBY untuk memperoleh masukan sebanyak-banyaknya dari semua kalangan masyarakat.
Masukan berupa kritik saran yang disampaikan melalui media sosial, seperti facebook setidaknya lebih obyektif, jujur dan apa adanya tanpa tendesi kepentingan apapun dibaliknya daripada masukan dari mereka yang memiliki agenda tertentu.
Tentunya kita semua berharap, kritik dan saran yang disampaikan tersebut dapat terinventarisir dengan baik sesuai skala prioritas permasalahan dan penanganannya sehingga dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan kebijakan pemerintah ke depan sehingga selaras dengan harapan masyarakat.

Probolinggo, 11 Juli 2013
Follow me on twitter : @Dody_Kasman
Facebook : www.facebook.com/dody.kasman


Tidak ada komentar:

Posting Komentar