Rabu, 29 Januari 2014

Seperti Kita, Ibu Negara juga Manusia



Beberapa hari terakhir berbagai media dan jejaring sosial ramai dengan pemberitaan dan diskusi seputar komentar Ibu Negara Kristiani Herrawati Yudhoyono (Ani Yudhoyono) di akun Instagramnya. Yang terbaru adalah tentang kepemilikan kamera dan seputar banjir di Jakarta. Dua topik ini yang cukup hangat dibicarakan sebab mendapat respon cukup tegas dari Ibu Ani. Seperti biasanya, masih banyak komentar-komentar dari followers Instagram menanggapi foto-foto yang diunggahnya. Tentunya selalu ada komentar yang positif dan tak sedikit pula bernada menyidir bahkan menyudutkan.
Seperti banyak diberitakan, Selasa (14/1) Ibu Ani mengunggah foto cucunya Airlangga Satriadhi Yudhoyono di akun Instagramnya. Foto ini kembali mendapat beragam komentar dari pengikutnya. Satu komentar yang sebetulnya sama sekali tak ada hubungannya dengan foto yang diunggah tersebut membuat Ibu Ani gusar.
Akun zhafirapsp berkomentar : “Di saat rakyatnya yang sedang kebanjiran, Ibu Ani malah sibuk dengan akun instagramnya”. Ibu Ani langsung membalas komentar tersebut dengan mempertanyakan kebaradaan istri Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. “Lho, Ibu Jokowi dan Ibu Ahok ke mana ya? Kok saya yang dimarahi”, balas Ibu Ani beberapa saat kemudian.
Komentar yang saling berbalas ini mendapat respon dari followers yang lain. Banyak juga yang membela bahwa bermain Instagram adalah hak setiap orang termasuk Ibu Negara, bisa jadi juga foto yang diunggah tersebut diambil jauh hari sebelum banjir melanda Ibukota.
Berikutnya Jum’at (17/1) yang lalu, foto hasil bidikannya yang menampilkan tiga kuda di atas lapangan rumput mendapat respon dari pemilik akun @adhityaanp yang lagi-lagi bukan tentang foto yang diunggah, melainkan tentang kamera yang digunakan untuk mengambil gambar tersebut. “Ini kamera yg ibu pake buat foto di instagram, punya pribadi atau puny negara bu?”, tanya akun itu.
Ibu Ani pun langsung menjawab dengan tegas, "@adhityaanp Pertanyaan Anda agak keterlaluan, tapi akan saya jawab biar gamblang. Yang dipakai oleh biro pers, kemungkinan punya negara. Kalau yang dipakai saya tentu milik pribadi. Ingat jauh sebelum jadi Ibu Negara, pada tahun 1976 saya mendapat hadiah perkawinan sebuah tustel dari ortu. Paham?”
Mengunggah foto dan saling bersahutan komentar di Instagram saat ini adalah suatu hal yang sangat umum dan bukan merupakan hal yang aneh lagi. Demikian pula dengan jejaring sosial yang lain seperti Twitter atau Facebook. Adalah hal yang wajar, bahkan suatu keniscayaan terjadi sahut menyahut komentar entah itu positif maupun negatif di dunia maya yang tak mengenal batas. Menjadi aneh dan ketinggalan jaman jika seseorang di jaman ini tak memiliki satu akun di jejaring sosial. Siapapun bisa, boleh dan sangat berhak untuk menjelajah dan berinteraksi di dunia maya.
Demikian pula dengan istri Presiden seperti Ibu Ani Yudhoyono, adalah hal yang sangat wajar bahkan menjadi suatu keharusan memanfaatkan jejaring sosial sebagai media untuk lebih mendekatkan diri dengan rakyat sekaligus sebagai saluran komunikasi langsung yang efektif. Tentunya pemilihan jejaring sosial apa yang lebih intens dimanfaatkan disesuaikan dengan aktivitas yang disukai, dan Ibu Ani memilih Instagram yang berbanding lurus dengan hobbynya seputar fotografi.
Lewat Instagram, mungkin saja Ibu Ani ingin berbagi pengalaman dan pengetahuannya seputar fotografi. Jika diperhatikan, tak hanya sekedar mengunggah dan memberikan caption pada setiap foto yang diunggah, namun Ibu Ani juga mencantumkan jenis kamera yang dipakai hingga detail tehnik pengambilan gambar yang saya sendiri masih awam tentang hal itu. Nampak sekali penguasaan tehnik fotografi Ibu Ani yang sudah diatas rata-rata.
Sebagai pecinta fotografi tentu sangat wajar jika di beberapa kesempatan Ibu Ani mengabadikan momen-momen yang menurutnya menarik dan memiliki nilai estetika fotografi tinggi. Maka sangat wajar juga jika Ibu Ani mengabadikan momen-momen indah dalam keluarga lewat jepretan kamera, baik olehnya sendiri atau lewat juru foto kepresidenan. Sebagai pecinta fotografi, Ibu Ani sudah pasti punya insting dan hasrat untuk mengabadikan momen-momen tersebut dan kemudian membaginya kepada kita semua lewat akun Instagramnya.
Wajar dan menjadi haknya juga untuk mengotak-atik akun instagramnya, berbagi foto-foto hasil jepretannya dan kemudian berdiskusi bersama para followersnya. Dengan kemajuan teknologi, itu semua bisa dilakukan kapan saja, dimana saja dan dalam situasi bagaimanapun. Hanya butuh beberapa klik, jadilah apa yang sedang kita pikirkan atau apa yang ingin kita share terekspose di dunia maya.
Termasuk saat Ibu Ani mengunggah foto Airlangga ketika Jakarta sedang banjir. Sebenarnya tak ada yang salah dengan pengunggahan foto tersebut. Wajar seorang nenek mengunggah foto sang cucu yang sangat disayanginya. Tapi mungkin waktu pengunggahan foto saat banjir itu yang dikritik oleh segelintir followernya. Namun jika mau jujur, di saat bersamaan ketika Jakarta banjir pasti banyak juga yang sedang melakukan aktivitas serupa, berselancar dan bercanda ria di jejaring sosial. Bahkan si pengkritik mungkin tak sadar, justru dia sendiri sedang bermain-bermain di jejaring sosial dengan memberikan komentar di akun Instagram Ibu Ani di saat lingkungan sekitarnya kebanjiran.
Reaksi Ibu Ani dengan menyebut nama istri Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta adalah ungkapan kekesalan yang sangat manusiawi. Bahkan Wagub DKI Basuki Tjahja Purnama (Ahok) menganggap hal tersebut wajar. Menurutnya urusan banjir di Ibukota adalah urusan Bu Jokowi dan Bu Ahok, bukan Ibu Negara. Ahok juga meluruskan bahwa urusan banjir di Jakarta adalah tugas pemerintah daerah.
Ibu Ani wajar kesal sebab dirinya dianggap tak peduli pada banjir yang terjadi di Jakarta dan sibuk bermain Instagram. Padahal sebetulnya, bentuk kepedulian itu tak harus selalu dipublikasikan sehingga semua tahu, tak harus nyemplung ke kali yang banjir sehingga semua bisa melihat. Bisa jadi kepedulian itu sudah disampaikan tanpa banyak orang tahu, atau juga telah dilakukan melalui mekanisme yang ada lewat pendelegasian tugas kepada pihak yang membidangi.
Demikian juga tentang komentar mengenai kepemilikan kamera. Sebenarnya Ibu Ani sebagai Ibu Negara tak perlu merespon pertanyaan yang sebenarnya juga tak perlu ditanyakan itu. Siapa saja bisa memiliki kamera digital mulai pocket hingga kamera DSLR tercanggih asalkan punya dana untuk membelinya. Apalagi bagi pecinta fotografi, memiliki kamera yang layak untuk mendukung hobby adalah suatu keharusan. Lucu jika masih ada yang bertanya kepemilikan kamera yang dipakai Ibu Ani. Untuk pertanyaan yang satu ini sudah dijelaskan oleh Ibu Ani di akun Instagramnya, bahkan dengan penekanan kata “paham?” di akhir kalimat.
Seperti halnya kita, Ibu Ani sebagai Ibu Negara juga manusia dengan segala keterbatasannya. Ibu Ani juga bisa kesal, kecewa bahkan marah jika ada sesuatu hal yang mengusik pikiran dan perasaannya. Apalagi Ibu Ani adalah anak tentara yang sudah pasti dididik disiplin, tegas dan tanggap sejak masih anak-anak. Hal itu juga yang rupanya membuatnya demikian responsif  setiap kali ada  komentar yang “mengganggu”.
Mungkin ada baiknya Ibu Ani seperti Presiden SBY dalam menghadapi berbagai komentar para followersnya. Jika diperhatikan, banyak juga komentar negatif yang menyudutkan ditujukan kepada Presiden SBY lewat akun Twitternya @SBYudhoyono. Namun Presiden SBY tak menanggapi semua itu. Dalam bukunya “Selalu Ada Pilihan” Presiden SBY berbagi resep untuk bisa bertahan adalah harus tenang dan sangat sabar. Jadi bukan hanya sabar tapi sangat sabar.
Ibu Ani pasti sudah banyak bersabar menanggapi komentar followers dan pemberitaan di berbagai media. Hanya untuk hal-hal yang dianggapnya sudah keterlaluan saja, Ibu Ani reaktif langsung memberikan respon tegas. Dan ini merupakan hal yang wajar, tapi harus diperhatikan juga posisinya sebagai Ibu Negara yang sudah pasti selalu menjadi sorotan. Sekecil apapun itu, akan menjadi hal yang luar biasa dan bahan berita menarik bagi media jika yang melakukannya seorang publik figur seperti Ibu Negara.
Lebih berhati-hati dalam berkomentar atau membalas komentar followers adalah hal yang baik untuk dilakukan guna menghindari hal-hal yang bisa menjadi bahan berita dan diskusi yang nantinya justru merugikan. Pemilihan kalimat yang lebih tenang dan tak terkesan terlalu reaktif disertai alasan yang logis mungkin dapat “mendinginkan” pengkritik yang provokatif.
Jangan sampai berbagai komentar miring dan menyudutkan yang mungkin masih akan terus bermunculan mengurangi aktivitas Ibu Ani di jejaring sosial khususnya Instagram. Semoga semua ini makin memacu Ibu Ani untuk terus berkreasi memberikan karya-karya indah yang mampu memberikan pencerahan. Ibu Ani, mari tunjukkan bahwa dengan fotografi kita juga bisa selalu peduli, dan dengan Instagram kita juga dapat berbagi kebahagiaan. 

Probolinggo, 20 Januari 2014

Follow me on twitter : @Dody_Kasman




Tidak ada komentar:

Posting Komentar