Beberapa
hari terakhir berbagai media dan jejaring sosial ramai dengan pemberitaan dan
diskusi seputar komentar Ibu Negara Kristiani
Herrawati Yudhoyono (Ani Yudhoyono) di akun Instagramnya. Yang terbaru
adalah tentang kepemilikan kamera dan seputar banjir di Jakarta. Dua topik ini
yang cukup hangat dibicarakan sebab mendapat respon cukup tegas dari Ibu Ani.
Seperti biasanya, masih banyak komentar-komentar dari followers Instagram
menanggapi foto-foto yang diunggahnya. Tentunya selalu ada komentar yang
positif dan tak sedikit pula bernada menyidir bahkan menyudutkan.
Seperti
banyak diberitakan, Selasa (14/1) Ibu Ani mengunggah foto cucunya Airlangga
Satriadhi Yudhoyono di akun Instagramnya. Foto ini kembali mendapat beragam
komentar dari pengikutnya. Satu komentar yang sebetulnya sama sekali tak ada
hubungannya dengan foto yang diunggah tersebut membuat Ibu Ani gusar.
Akun
zhafirapsp berkomentar : “Di saat rakyatnya yang sedang kebanjiran,
Ibu Ani malah sibuk dengan akun instagramnya”. Ibu Ani langsung membalas
komentar tersebut dengan mempertanyakan kebaradaan istri Gubernur dan Wakil Gubernur
DKI Jakarta. “Lho, Ibu Jokowi dan Ibu Ahok ke mana ya? Kok saya yang dimarahi”,
balas Ibu Ani beberapa saat kemudian.
Komentar
yang saling berbalas ini mendapat respon dari followers yang lain. Banyak juga
yang membela bahwa bermain Instagram adalah hak setiap orang termasuk Ibu
Negara, bisa jadi juga foto yang diunggah tersebut diambil jauh hari sebelum
banjir melanda Ibukota.
Berikutnya
Jum’at (17/1) yang lalu, foto hasil bidikannya yang menampilkan tiga kuda di
atas lapangan rumput mendapat respon dari pemilik akun @adhityaanp yang
lagi-lagi bukan tentang foto yang diunggah, melainkan tentang kamera yang
digunakan untuk mengambil gambar tersebut. “Ini kamera yg ibu pake buat foto di
instagram, punya pribadi atau puny negara bu?”, tanya akun itu.
Ibu
Ani pun langsung menjawab dengan tegas, "@adhityaanp Pertanyaan Anda agak
keterlaluan, tapi akan saya jawab biar gamblang. Yang dipakai oleh biro pers,
kemungkinan punya negara. Kalau yang dipakai saya tentu milik pribadi. Ingat
jauh sebelum jadi Ibu Negara, pada tahun 1976 saya mendapat hadiah perkawinan
sebuah tustel dari ortu. Paham?”
Mengunggah
foto dan saling bersahutan komentar di Instagram saat ini adalah suatu hal yang
sangat umum dan bukan merupakan hal yang aneh lagi. Demikian pula dengan
jejaring sosial yang lain seperti Twitter atau Facebook. Adalah hal yang wajar,
bahkan suatu keniscayaan terjadi sahut menyahut komentar entah itu positif
maupun negatif di dunia maya yang tak mengenal batas. Menjadi aneh dan
ketinggalan jaman jika seseorang di jaman ini tak memiliki satu akun di
jejaring sosial. Siapapun bisa, boleh dan sangat berhak untuk menjelajah dan
berinteraksi di dunia maya.
Demikian
pula dengan istri Presiden seperti Ibu Ani Yudhoyono, adalah hal yang sangat
wajar bahkan menjadi suatu keharusan memanfaatkan jejaring sosial sebagai media
untuk lebih mendekatkan diri dengan rakyat sekaligus sebagai saluran komunikasi
langsung yang efektif. Tentunya pemilihan jejaring sosial apa yang lebih intens
dimanfaatkan disesuaikan dengan aktivitas yang disukai, dan Ibu Ani memilih
Instagram yang berbanding lurus dengan hobbynya seputar fotografi.
Lewat
Instagram, mungkin saja Ibu Ani ingin berbagi pengalaman dan pengetahuannya
seputar fotografi. Jika diperhatikan, tak hanya sekedar mengunggah dan
memberikan caption pada setiap foto yang diunggah, namun Ibu Ani juga
mencantumkan jenis kamera yang dipakai hingga detail tehnik pengambilan gambar
yang saya sendiri masih awam tentang hal itu. Nampak sekali penguasaan tehnik
fotografi Ibu Ani yang sudah diatas rata-rata.
Sebagai
pecinta fotografi tentu sangat wajar jika di beberapa kesempatan Ibu Ani
mengabadikan momen-momen yang menurutnya menarik dan memiliki nilai estetika
fotografi tinggi. Maka sangat wajar juga jika Ibu Ani mengabadikan momen-momen
indah dalam keluarga lewat jepretan kamera, baik olehnya sendiri atau lewat
juru foto kepresidenan. Sebagai pecinta fotografi, Ibu Ani sudah pasti punya
insting dan hasrat untuk mengabadikan momen-momen tersebut dan kemudian
membaginya kepada kita semua lewat akun Instagramnya.
Wajar
dan menjadi haknya juga untuk mengotak-atik akun instagramnya, berbagi
foto-foto hasil jepretannya dan kemudian berdiskusi bersama para followersnya. Dengan
kemajuan teknologi, itu semua bisa dilakukan kapan saja, dimana saja dan dalam
situasi bagaimanapun. Hanya butuh beberapa klik, jadilah apa yang sedang kita pikirkan
atau apa yang ingin kita share terekspose di dunia maya.
Termasuk
saat Ibu Ani mengunggah foto Airlangga ketika Jakarta sedang banjir. Sebenarnya
tak ada yang salah dengan pengunggahan foto tersebut. Wajar seorang nenek
mengunggah foto sang cucu yang sangat disayanginya. Tapi mungkin waktu
pengunggahan foto saat banjir itu yang dikritik oleh segelintir followernya. Namun
jika mau jujur, di saat bersamaan ketika Jakarta banjir pasti banyak juga yang
sedang melakukan aktivitas serupa, berselancar dan bercanda ria di jejaring
sosial. Bahkan si pengkritik mungkin tak sadar, justru dia sendiri sedang bermain-bermain
di jejaring sosial dengan memberikan komentar di akun Instagram Ibu Ani di saat
lingkungan sekitarnya kebanjiran.
Reaksi
Ibu Ani dengan menyebut nama istri Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta
adalah ungkapan kekesalan yang sangat manusiawi. Bahkan Wagub DKI Basuki Tjahja
Purnama (Ahok) menganggap hal tersebut wajar. Menurutnya urusan banjir di
Ibukota adalah urusan Bu Jokowi dan Bu Ahok, bukan Ibu Negara. Ahok juga meluruskan
bahwa urusan banjir di Jakarta adalah tugas pemerintah daerah.
Ibu
Ani wajar kesal sebab dirinya dianggap tak peduli pada banjir yang terjadi di
Jakarta dan sibuk bermain Instagram. Padahal sebetulnya, bentuk kepedulian itu
tak harus selalu dipublikasikan sehingga semua tahu, tak harus nyemplung ke
kali yang banjir sehingga semua bisa melihat. Bisa jadi kepedulian itu sudah
disampaikan tanpa banyak orang tahu, atau juga telah dilakukan melalui
mekanisme yang ada lewat pendelegasian tugas kepada pihak yang membidangi.
Demikian
juga tentang komentar mengenai kepemilikan kamera. Sebenarnya Ibu Ani sebagai
Ibu Negara tak perlu merespon pertanyaan yang sebenarnya juga tak perlu ditanyakan
itu. Siapa saja bisa memiliki kamera digital mulai pocket hingga kamera DSLR
tercanggih asalkan punya dana untuk membelinya. Apalagi bagi pecinta fotografi,
memiliki kamera yang layak untuk mendukung hobby adalah suatu keharusan. Lucu
jika masih ada yang bertanya kepemilikan kamera yang dipakai Ibu Ani. Untuk
pertanyaan yang satu ini sudah dijelaskan oleh Ibu Ani di akun Instagramnya,
bahkan dengan penekanan kata “paham?” di akhir kalimat.
Seperti
halnya kita, Ibu Ani sebagai Ibu Negara juga manusia dengan segala
keterbatasannya. Ibu Ani juga bisa kesal, kecewa bahkan marah jika ada sesuatu
hal yang mengusik pikiran dan perasaannya. Apalagi Ibu Ani adalah anak tentara
yang sudah pasti dididik disiplin, tegas dan tanggap sejak masih anak-anak. Hal
itu juga yang rupanya membuatnya demikian responsif setiap kali ada komentar yang “mengganggu”.
Mungkin
ada baiknya Ibu Ani seperti Presiden SBY dalam menghadapi berbagai komentar
para followersnya. Jika diperhatikan, banyak juga komentar negatif yang menyudutkan
ditujukan kepada Presiden SBY lewat akun Twitternya @SBYudhoyono. Namun
Presiden SBY tak menanggapi semua itu. Dalam bukunya “Selalu Ada Pilihan”
Presiden SBY berbagi resep untuk bisa bertahan adalah harus tenang dan sangat
sabar. Jadi bukan hanya sabar tapi sangat sabar.
Ibu
Ani pasti sudah banyak bersabar menanggapi komentar followers dan pemberitaan
di berbagai media. Hanya untuk hal-hal yang dianggapnya sudah keterlaluan saja,
Ibu Ani reaktif langsung memberikan respon tegas. Dan ini merupakan hal yang
wajar, tapi harus diperhatikan juga posisinya sebagai Ibu Negara yang sudah
pasti selalu menjadi sorotan. Sekecil apapun itu, akan menjadi hal yang luar
biasa dan bahan berita menarik bagi media jika yang melakukannya seorang publik
figur seperti Ibu Negara.
Lebih
berhati-hati dalam berkomentar atau membalas komentar followers adalah hal yang
baik untuk dilakukan guna menghindari hal-hal yang bisa menjadi bahan berita
dan diskusi yang nantinya justru merugikan. Pemilihan kalimat yang lebih tenang
dan tak terkesan terlalu reaktif disertai alasan yang logis mungkin dapat “mendinginkan”
pengkritik yang provokatif.
Jangan
sampai berbagai komentar miring dan menyudutkan yang mungkin masih akan terus
bermunculan mengurangi aktivitas Ibu Ani di jejaring sosial khususnya
Instagram. Semoga semua ini makin memacu Ibu Ani untuk terus berkreasi
memberikan karya-karya indah yang mampu memberikan pencerahan. Ibu Ani, mari
tunjukkan bahwa dengan fotografi kita juga bisa selalu peduli, dan dengan
Instagram kita juga dapat berbagi kebahagiaan.
Probolinggo, 20 Januari 2014
Probolinggo, 20 Januari 2014
Follow me on
twitter : @Dody_Kasman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar